Perhatikan hal-hal ini saat ujian penerimaan S2 UI (SIMAK)
Daftar hal-hal yang harus diperhatikan oleh siapapun yang akan mengambil ujian penerimaan S2 Universitas Indonesia jalur SIMAK. Ini mencakup hal yang saya sesalkan tidak saya cermati di awal ketika membaca pengalaman orang lain yang sudah mengambil ujian SIMAK, dan yang sudah saya sadari dari awal (sejak mengambil SNMPTN Jalur Ujian Tertulis 2011) tapi masih terjatuh ke lubang yang sama.
PERINGATAN!! Semua poin di bawah ini disusun dengan sangat spesifik berdasarkan pengalaman mengikuti SIMAK untuk penerimaan S2 UI pada tahun 2018. Ujian SIMAK di masa depan mungkin sudah berubah
-
Bagian soal bahasa, kuantitatif, dan penalaran memiliki alokasi waktu dan warna kertas masing-masing.
Pengukuran Kemampuan Akademik (PKA) terbagi atas tiga: bahasa/verbal, kuantitatif, dan penalaran. Setiap bagian ini memiliki alokasi waktu tersendiri untuk mengerjakannya.
Ketika ujian PKA dimulai, peserta dipersilahkan mengerjakan bagian bahasa terlebih dahulu selama 30 menit. Kemudian akan ada pemberitahuan durasi waktu 30 menit telah habis, dan peserta HARUS melanjutkan ke bagian soal berikutnya (kuantitatif).
Bagian soal PKA Durasi Bahasa 30 menit Kuantitatif 50 menit Penalaran 40 menit Untuk bundel soal PKA, setiap bagian akan memiliki warna kertas yang berbeda. Misalnya warna kertas soal ujian bagian bahasa berwarna kuning, dan warna kertas soal ujian bagian kuantitatif berwarna biru. Bisa disimpulkan ini memudahkan pengawas ujian untuk memastikan seluruh peserta pada suatu ruangan mengerjakan bagian kuantitatif ketika alokasi waktu bagian bahasa sudah habis. Peserta tidak boleh menggunakan alokasi waktu 50 menit (untuk bagian kuantitatif) untuk mengerjakan soal bagian lain (entah bahasa/verbal entah penalaran). Hal yang sama berlaku untuk bagian soal PKA yang lain.
-
Jangan terlena oleh satu soal apapun di bagian kuantitatif. Sadar waktu dan lewatkan soal yang susah. Kerjakan soal dengan sangat intens, cepat dan tepat dari awal menit ke-30 ketika bagian kuantitatif dimulai.
Berdasarkan pengalaman orang lain yang saya baca di blog mereka, dan pengalaman saya sendiri, bagian kuantitatif paling membuat siapapun gundah. Semua orang, bahkan halaman petunjuk di kertas ujian dan pengawas ujian sekalipun, berulang kali mengingatkan, “Kerjakan soal yang mudah terlebih dahulu.”
Tapi pada praktiknya, semua orang masih harus mengorbankan waktu 30 detik hingga satu menit (atau lebih) untuk memutuskan apakah suatu soal merupakan soal yang mudah atau tidak. Belum lagi kalau seseorang terjerumus (terlena) oleh satu soal yang susah.
Amati keempat soal berikut, tidak usah dikerjakan. Baca dan lewati saja. Jangan dipikirkan dulu.
Contoh soal:
Diberikan deret sebagai berikut
\[81, 162, 110, 53, 106, 54, 77, ..., ...\]Tentukan dua bilangan terakhir
A. 130, 78
B. 158, 106
C. 154, 102
D. 150, 100
E. 144, 92Contoh soal:
Diisi dengan bilangan apakah tanda tanya?
A. 71
B. 82
C. 80
D. 218
E. 122Contoh soal:
Diberikan segitiga sama kaki AEF dan segitiga sama kaki CDF. Diketahui sudut 135° dan 60° seperti pada gambar. Berapakah nilai \(x\)?
Contoh soal:
Terdapat suatu kelas yang baru saja mengambil ujian yang terdiri atas 33 laki-laki dan 49 perempuan. Rata-rata nilai ujian kelas tersebut adalah \(75\). Rata-rata nilai ujian perempuan adalah \(80\). Berapakah rata-rata nilai nilai ujian pria?
A. 72,54
B. 70,06
C. 75,03
D. 75,00
E. 76,67Pertanyaan saya: tentukan satu soal yang akan menghabiskan waktu paling lama untuk menyelesaikannya.
Sudah dapat? Semoga pikiran kita sama.
Pengalaman saya, soal yang memakan waktu lama dan membuat saya lupa waktu merupakan soal variasi dari deret. Variasi dari deret itu seperti soal nomor dua. Soal nomor satu secara eksplisit dapat dilihat merupakan deret.
Respons seseorang ketika melihat soal deret atau variasinya adalah mencoba segala macam operasi matematika yang berlaku pada deret tersebut, kemudian menggunakannya untuk mendapatkan jawaban. Usaha memikirkan segala macam operasi matematika inilah yang dapat membuat lupa waktu.
Bandingkan soal variasi deret tersebut dengan soal nomor tiga dan empat. Anda cukup membaca soal tersebut, melihat gambar kalau ada, dan dapat segera mengerjakan dengan teliti. Anda tahu pengerjaan soal Anda akan membuahkan hasil yang pasti di akhir pengerjaannya, dengan syarat Anda teliti.
Soal deret itu selalu abu-abu. Percobaan segala macam operasi matematika yang cocok dengan soal hanya memakan waktu dan tidak selalu berhasil. Anda harus tahu kapan berhenti agar tidak terlena dan lupa waktu. Bahkan kalau saya diberikan kesempatan untuk mengulangi ujian SIMAK kemarin, saya dengan enteng dan tanpa ragu akan melewatkan soal ini tanpa merasa perlu mencoba-coba terlebih dahulu. Saya akan mencoba-coba setelah saya mengerjakan soal lain yang lebih mudah. Momen saya melihat soal variasi deret–mungkin termasuk soal deret sederhana juga, seperti contoh soal nomor satu–saya akan spontan melewatkan soal tersebut.
Kalau Anda sedang sial, panitia mungkin meletakkan soal ini di awal. Membuat Anda terlena sebentar. Kemudian Anda lupa waktu. Kemudian moral Anda jatuh mengetahui soal pertama saja tidak dapat Anda selesaikan, bagaimana dengan soal selanjutnya? Ini kasus yang terjadi kepada saya juga sebenarnya.
Kalau Anda terlalu percaya diri, menolak mengabaikan sementara pengerjaan soal, dan malah menghabiskan stamina Anda mengerjakan soal variasi deret yang susah seperti contoh sebelumnya, Anda sangat mungkin tidak menyadari ada soal yang lebih mudah seperti contoh mencari sudut segitiga yang relatif lebih mudah seperti di atas.
Kalau mau dikategorikan, suatu soal kuantitatif itu
Dapat dikerjakan Memakan waktu lama Dapat dikerjakan Memakan waktu singkat Tidak dapat dikerjakan Memakan waktu lama Seharusnya saya pasang cara pandang yang lebih tepat lagi.
Memakan waktu lama Anggap tidak dapat dikerjakan terlebih dahulu Memakan waktu singkat Dapat dikerjakan Pesan: abaikan soal susah, dan kerjakan soal mudah terlebih dahulu.
Pesan khusus: abaikan soal variasi deret dan gunakan waktu Anda untuk mengerjakan soal lain yang pasti akan membuahkan hasil
-
Bundel soal Pengukuran Kemampuan Akademik memberlakukan skema penilaian salah minus satu. Bundel soal bahasa Inggris tidak memberlakukan ini.
PERINGATAN!! Saya lupa-lupa ingat sama poin ini. Saran saya pastikan lagi ketika kertas ujiannya ada di depan mata Anda. Bacalah halaman pentujuk (halaman pertama) sebelum memulai ujian PKA dan bahasa Inggris
Untuk Pengukuran Kemampuan Akademik, skema penilaian suatu soal berdasarkan jawaban yang benar/salah/kosong adalah sebagai berikut
Kontribusi skor Benar 4 Salah -1 Kosong 0 Untuk bahasa Inggris, skema penilaiannya adalah
Kontribusi skor Benar 4 Salah 0 Kosong 0 Tidak tahu atau tidak yakin dengan jawaban suatu soal PKA berisiko mengurangi total skor, sedangkan menjawab soal bahasa Inggris dengan jawaban yang tidak yakin kebenarannya tidak berisiko.
Pesan: jangan kosongkan satupun soal bahasa Inggris.